Laporan Ekologi Perairan
LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
EKOLOGI PERAIRAN

PSP
SUCI AYU HANIFA
E1E016035
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat allah swt karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporanini. Dalam laporan ini kami
menjelaskan mengenai laporan praktikum biologi perikanan. Laporan ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah biologi perikanan.
Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang sangat berperan penting
dalam proses kegiatan praktikum ini. Tanpa dukungan dari semua pihak, kami
tidak akan mampu menyusun laporan ini dengan maksimal.
Akhirnya,
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.Kami menyadari bahwa
pembuatan laporan ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh k arena itu, kritik
dan saran yang membangun kami harapkan dari pembaca terhadap laporan praktikum
yang telah kami buat.
Jambi, Mei 2017
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 1
1.3 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
BAB III MATERI DAN METODA.................................................................. 7
3.1 Tempat dan Waktu .............................................................. ........... 7
3.2 Materi..................................................................................... ........... 7
3.3 Metoda................................................................................................ 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 9
4.1 Kondisi Fisika dan Kimia ................................................................ 9
4.1.1
Hasil Kondisi Fisik dan Kimia........................................ 9
4.1.2
Pembahasan kondisi Fisik dan Kimia........................... 9
4.2 Identifikasi Benthos .......................................................................... 11
4.2.1
Hasil Identifikasi Benthos .................................. ........... 11
4.2.2
Pembahasan Identifikasi Benthos...................... ........... 11
4.3 Analisi Data ........................................................................... ........... 15
4.3.1
Hasil Analisi Data ........................................................... 15
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 17
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 17
5.2
Saran
...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Ekosistem
merupakan sistem terbuka, yaitu sistem yang mempunyai satu atau lebih masukan
(input) dan keluaran (output). Masukan dan keluaran itu dapat berupa energi,
materi atau makhluk hidup. Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam
ekologi. Energi adalah penyebut yang penting dalam semua ekositem, sehingga
energi merupakan dasar utama dalam klasifikasi ekosistem.
Dari
segi makanan, ekosistem mempunyai dua komponen yaitu komponen autotrofik dan
heterotrofik. Komponen autotrofik yaitu organisme yang mampu menyediakan
mensintesa makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik
dengan bantuan energi matahari dan klorofil (fotoautotrofik) atau energi yang
diperoleh dari hasil penguraian bahan kimia (kemoautotrofik). Yang termasuk
komponen ini adalah semua tumbuhan klorofil dan jamur tertentu. Komponen
heterotrofik yaitu organisme yang mampu memanfaatkan bahan organik sebagai
bahan makanannya. Semua hewan, jamur dan mikroorganisme termasuk dalam komponen
ini.
Berdasarkan
habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi 2 yaitu ekositem darat dan ekosistem
perairan. Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang selalu mengalami
perubahan kualitas dan kuantitas akibat pengaruh variasi aiotik tersebut. Oleh
karena itu, organisme peraiaran harus dapat beradaptasi dalam mencari nutrisi
dan menjalankan kelangsungan hidup dengan menggunakan gas-gas yang terlarut
pada perairan tersebut.
1.2Tujuan
Tujuan
diadakannya praktikum ini adalah untuk mengenal dan mempelajari karakteristik
ekosistem sungai dan faktor pembatasnya, mempelajari teknik pengambilan data
faaktor fisik, kimia, biologi suatu perairan sungai dan danau, untuk menghitung
dan mengidentifikasi bentos, mempelajari kelimpahan dan indeks keanekaragaman
(diversitas) bentos, dan mempelajari indikator lingkungan melalui populasi
bentos.
1.2
Manfaat
Manfaat
diadakan praktikum ini adalah untuk membantu mahasiswa agar mahasiswa lebih
memahami ilmu tentang ekosistem perairan tawar secara langsung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parameter Fisika dan Kimia
Air
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama
adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2
terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas). Sedangkan yang
kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan
benthos) (E.P.Odum, 2003).
Pola
temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutup oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh ditepi. Disamping itu pola temperature perairan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air
terkena cahaya matahari secara langsung
(Ewusie, 2002)
Didalam
memanajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan
sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Didalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas
manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi
ikan (Effendie,2003).
Kualitas
air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energy atau komponen lain
didalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa yaitu parameter fisika
(suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH,
oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi
(keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) Masyamsir (2001).
Suhu
tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan
kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stress yang ditandai dengan tubuh
lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang
ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungsi dan
bakteri pathogen akibat melemahnya system imun. Pada dasarnya suhu rendah
memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah
menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen Tansley (2004).
Kecerahan
suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu
perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung
sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai
20-40 cm dari permukaan (Bapedalda,2001).
Kekeruhan
menggambarkan sifat optis air yang diteruskan banyaknya cahaya yang diserap
oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh cahaya
organic dan anorganik yang tersupsi dan terlarut (Yudhi, 2008).
2.2 Parameter Biologi (Benthos)
Organisme benthos adalah binatang yang relative besar dan sebagian
siklus hidupnya berada didalam atau pada substrat diair. Adapun yang termasuk
dalam kelompok ini adalah cacing, serangga air, annelid, mollusca, dll.
Beberapa spesies nyamuk, ialah midgnes alan pada umumnya termasuk kelompok yang
dapat mengganggu kesehatan (Sutris dan Emi, 2004).
Bentos adalah semua organism air yang hidupnya terdapat pada substrat
dasar suatu perairan, baik yang bersifat sesil (melekat) maupun vigil (bergerak
bebas). Berdasarkan tempat hidupnya, bentos dapat dibedakan menjadi epifauna
yaitu bentos yang hidupnya tertanam di dalam substrat dasar perairan.
Berdasarkan siklus hidupnya bentos dapat dibagi menjadi holobentos, yaitu
kelompok bentos yang hanya bersifat bentos pada fase-fase tertentu dari siklus
hidupnya (Barus, 2004).
Penggunaan organisme indikator dalam penentuan
kualitas air sangat
bermanfaat karena organisme tersebut
akan memberikan reaksi terhadap keadaan kualitas perairan, sehingga dapat
melengkapinilai kualitas perairan berdasarkan
parameter fisika dan kimia. Biota
perairan diklasifikasikan menurut ukuran, sifat
hidup, dan habitatnya menjadi tiga
kelompok besar diantaranya yaitu plankton,
bentos dan nekton (ikan) (Fachrul,
2007). .
Beberapa
genera dari euglenaceae, dapat membentuk kita yang menutupi seluruh permukaan
perairan yang berwarna merah hijau dan kuning mempunyai titik merah bagian
anterior dalam tubuhnya yang sensitif terhadap sinar dan dianggap sebagai
matanya (Sachlan 2005).
Dinoflagellata
dikenal dengan adanya dua flagella yang digunakan sebagai alat gerak. Kelompok
Dinoflagellata ini tidak mempunyai kerangka luar yang terbuat dari silicon,
tetapi memiliki dinding pelindung yang terdiri atas selulosa (Nyabakken, 2007)
Kelompok
Dinoflagellata menyebabkan warna merah kecoklatan pada suat perairan, sementara
pada ekositem laut digunakan rid ride apabila terjadi ledakan populasi dari
jenis ini (Gembong Tjitrosoepomo,2001)
Menurut
Nontji (2004), fitoplankton yang dapat tertangkap dengan planktonet standar
(no.25) adalah fitoplankton yang memiliki ukuran kecil dari 20cm.
Kominiti
benthos sematif pada perubahan kualitas air berbatas motilitas dan kemampuan
yang relative karena merupakan fungsi kualitas perairan yang relative tidak
dapat didefenisikan melalui organism benthos. Dalam mempelajari sifat organism
benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah pencemaran air. Pada dasarnya tidak
ada organism yang memberikan reaksi sama pada pencemaran karena adanya hubunga
yang sangat kompleks antara faktor genetic dengan parameter kualitas air.
Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macam organism di perairan tersebut
(Sutrisno dan Emi, 2004).
2.3 Analisis Data
Nilai
indeks keanekaragaman makrobentos yang dihitung berdasarkan fomulasi Shanon-Wiener
dapat menentukan beberapa kualitas air dimana bila indeks keanekaragaman
makrobentos bernilai < 1,0 berarti kualitas air tercemar berat, bila indeks
keanekargaman antara 1,0-1,5 artinya kualitas air tercemar sedang, bila indeks
keanekaragaman antara1,6-2,0 kualitas air tercemar tercemar ringan dan bila
> 2,0 artinya kualitas air belum tercemar(Fardiaz, 2009) .
Apabila
nilaiE>0,75 maka termasuk nilai keseragamannyatinggi atau baik, sedangkan
apabila nilaiE<0,75 maka nilai keseragamannya rendah(Fitriana,2002)
Untuk
mengestimasi keanekaragaman bentos diperairan, Cairns et al pada tahun 2003
mengembangkan suatu metode yang sederhana, tetapi cukup baik untuk mengestimasi
keanekaragaman biologis secara relatif, yang disebut squental comparison indeks
atan disingkat S.C.I. (Prihantini.N.B.2005).
Peterson
grab digunakan untuk mengambil bentos diperairan yang dasarnya agak keras yang
terdiri dri lempung, pasir dan batu. Ponar grab digunakan untuk mengambil
bentos diperairan yang agak dalam seperti danau (Mahanal, 2005).
Bentos
berfungsi dalam proses rantai makanan. Bentos merupakan bagian penting dari
rantai makanan, terutama untuk ikan. Banyak invertebratabmemakan alga dan
bakteri, yang berbeda di ujung bawah rantai makanan. ( Harum Yahya, 20014).
BAB III
MATERI
DAN METODA
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
ekologi perairan ini dilaksanakan pertamakali pada hari senin tanggal 1 Mei
2017 dilapangan perairan sungai Batanghari didaerah Sungai Duren Muaro Jambi
yang dimulai dari pukul 08.00 wib s/d selesai, dan praktikum selanjutnya
dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 Mei 2017 pada pukul 07.30 wib s/d selesai, di gedung C
Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
3.2.1 Parameter Fisika dan
Kimia Air
Adapun
alat dan bahan yang digunakan selama
pelaksanaan praktikum parameter fisika dan kimia air adalah
berupa thermometerHg,, stopwarch, bola/botol 100 ml yang diikat tali
raffia, pH paper,dan secchi disc.
3.2.2 Parameter Biologi
(Benthos)
Adapun
alat dan bahan yang digunakan selama pelaksanaan praktikum parameter biologi
(Benthos) adalah berupa ekman grap atau paralon 3” sepanjang 30 cm, karet
gelang, botol sampel, saringan/ayakan, alcohol 4%, tissue, kamera digital,
pipet tetes, glass cover, mikroskop, dan buku identifikasi bentos.
3.3 Metoda
3.3.1 Parameter Fisika dan
Kimia Air
Langkah kerja pada saat mengukur suhu, pertama langsung mencelupkan
thermometer kedalam air dengan membelakangi sinar matahari sampai batas skala
baca dan membiarkan 2-5 menit sampai skala suhu pada thermometer menunjukan
angka yang stabil, pembacaan skala thermometer harus dilakukan tanpa mengangkat
terlebih dahulu thermometer dari air.
Pengukuran kecepatan arus dengan cara menghanyutkan bola yang diikatkan
tali raffia dibagian sungai tempat pengambilan sampel benthos dalam jarak
tertentu dan diukur waktu tempuh yang diperlukan hingga bola arus menempuh
jarak sejauh 1 meter. Dari data jarak dan waktu dapat diukur kecepatan arus
sungai.
Pengukuran pH menggunakan pH paper pertama memasukkan pH paper kedalam
air sekitar 1 menit, lalu mengkibas-kibaskan pH paper sampai setengah kering,
terakhir dengan mencocokan perubahan warna pH paper dengan kotak standar Ph.
Langkah kerja pengukuran kecerahan air, pertama masukkan secchi disk
kedalam air sampai terlihat samar-samar dan ukur jaraknya, lalu masukkan lagi
secchi disk tersebut sampai secchi disk tidak terlihat dan ukur jarak nya.
Setelah mendapatkan kedua jarak samar-samar dan tidak terlihat jarak tersebut
dijumlahkan dan dibagi 2 untuk mendapatkan ukuran kecerahan air.
3.3.2 Parameter Biologi
(Benthos)
Untuk pengambilan sampel benthos pertama menentukan titik tempat
penelitian, lalu mengambil sedimen menggunakan ekman grab atau paralon, setelah
itu letakkan sedimen yang didapat diatas ayakan, mencuci sedimen tersebut dan
mengambil hewan-hewan yang ada dan dimasukkan kedalam botol yang telah diisi
alcohol/formalin 4%, dan memberikan label disetiap botol untuk dibawa ke
laboratorium.
Untuk mengidentifikasi benthos pertama ambil sampel menggunakan pipet
tetes lalu diletakkan pada cover glass sebanyak 3 tetes, lalu lihat lah melalui
mikroskop okuler dengan ketepatan lensa 4/2x100 sampai terlihat dan lalu
cocokan yang terlihat di mikroskop dengan buku identifikasi bentos
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Fisika dan Kimia Peraiaran
4.1.1 Hasil Kondisi Fisika Dan Kimia Perairan
Setelah dilakukannya
pengukuran terhadap suhu sungai batanghari maka
|
|
Stasiun
|
Suhu
|
|
Stasiun
1
|
31,00 C
|
|
Stasiun
2
|
31,60
C
|
|
Stasiun
3
|
30,50
C
|
|
|
Stasiun
|
pH
|
|
Stasiun
1
|
5,2
|
|
Stasiun
2
|
4,8
|
|
Stasiun
3
|
5,1
|
|
|
Kecepatan arus
|
29,57 m/detik
|
|
Kecerahan air
|
10 cm
|
4.1.2
Pembahasan Kondisi Fisika Dan Kimia Perairan
Setelah melakukan percobaan pada suhu perairan
sungai Batanghari maka didapatkan rata-rata suhu pada semua stasiun adalah 30,70
C, dimana dengan suhu tersebut pertumbuhan untuk fitoplankton masih cukup ideal
dan tidek berpengaruh dengan kelangsungan hidup fitoplankton, sesuai yang
disampaikan oleh Apridayanti (2008) peningkatan suhu menyebabkan peningkatan
kecepatan proses metabolisme air dan respirasi organism organism air.
Selanjutnya mengakibatkan peningkatan dekomposisi bahan organic mikroba.
Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton adalah antara 20-31 Oc.
Untuk pH di perairan yang
telah diambil sampelnya terlebih dahulu memiliki rata-rata pH 5,4. Dengan nilai
pH tersebut kemungkinan besar untuk kelangsungan hidup organime di perairan
masih dibilang kurang ideal. Dimana nilai pH yang ideal untuk kehidupan
organisme perairan berkisar antara 7-8,5 pH, sebagai mana telah disampaikan
oleh Odum (2002) yang menyatakan bahwa nilai pH suatu ekosistem air dapat
berfluktuasi terutama dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis. Organisme air
dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran
toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi
kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7-8,5.
Pada perairan alami kecerahan
sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesis rahan air
sangat. Semakin tinggi nilai kecerahan air maka perairan tersebut semakin bagus
untuk berlangsungnya kehidupan bagi organisme perairan sebagai mana dijelaskan
oleh Sari dan Usman (2012) menyatakan kecerahan
perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus
lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat
penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesis. Hasil dari
percobaan pada kecerahan arus yang kami lakukan hanya mendapatkan nilai sebesar
10 cm. Pada saat kami melakukan percobaan ini kondisi perairan tersebut lagi
pasang jadi subtrat lumpur naik ke purmukaan air dan menjadi faktor
penghalangnya cahaya matahari untuk menembus permukaan air.
Kecepatan arus diperoleh
sebesar 0,29 m/detik dimana kecepatan arus ini masih tergolong rendah seperti
dijelaskan oleh Arfiati (2001) menyatakan kuat lemahnya arus dapat mempengaruhi
komunitas perifoton dan berbagai
komunitas hidrobiotik lainnya. Perairan berarus lemah, lebih banyak dihuni oleh
perifeton dari pada perairan berarus kuat. Pada perairan berarus kuat, dengan
kecepatan arus 1,21m/detik atau lebih sehingga hanya organisme-organisme yang
dapat menempel dengan kuat saja yang dapat menetap karena tidak terbawa arus.
Beda perairan berarus lemah dengan kecepatan arus 0,20 m/detik, algae perifeton
akan lebih mudah berkembang, tetapi pada kecepatan arus kuat (1,00 m/detik)
jumlah dan jenis alga perifeton akan menurun karena adanya tekanan mekanik arus.
4.2Identifikasi Bentos
4.2.1 Hasil Identifikasi Bentos
Gambar 1. Synedra
flugens
Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
: Fragilariophyceae
Order
: Fragilariales
Family
: Fragilariaceae
Genus :
Synedra
Species
: Synedra flugens
Spesies ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : berbentuk memanjang seperti jarum, Bisa hidup secara individu ataupun kolonijika
berkoloni, akan berkumpul pada satu titik digumpalan lendir yang dikeluarkan
dari pori-porinya, spesies
tertentu memiliki 2 tanduk pendek atau duri yang menonjol tepat diatas katup
pori-pori, dan hidup di air tawar seperti danau atau waduk.
Mastogonia
smithii
Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
|
Order
:Pennales
Family
:
Mastoginiceae
Genus
: Mastogonia
Species
: Mastogonia smithii
Ciri-ciri : Organisme uniselulerbersifat kosmopolitan dan dinding
sel tersusun atas silikat dan karbon
Nitzschia capitalia
Klasifikasi
Division
: Ochrophyta
Class
: Bacillariophyceae
Order
: Bacillariales
|
Genus
: Nitzschia
Species
: Nitzschia capitalia
Ciri-ciri : sel soliter dan katup bilateral simetris
Keong

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Superfamili : Ampullarioidea
|
Subfamili : Ampullariinae
Bangsa : Ampullariini
Genus : Pila
Spesies : Pila
ampullacea
Keong ini
bisa memiliki tinggi cangkang sampai 40 mm dengan diameter 15–25 mm; bentuknya
seperti kerucut membulat dengan warna hijau-kecoklatan atau kuning kehijauan.
Puncak cangkang agak runcing, tepi cangkang menyiku tumpul pada yang muda,
jumlah seluk 6-7, agak cembung, seluk akhir besar.
Mulut
membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam. Operculum agak
bundar telur, tipis, agak cekung, coklat kehitaman. Sebagaimana anggota
Ampullariidae lainnya, ia memiliki operculum, semacam penutup/pelindung
tubuhnya yang lunak ketika menyembunyikan diri di dalam cangkangnya.
Kerang air tawar
Kerang air tawar
Kingdom :Animalia
Filum :Mollusca
Kelas :Bivalvia
|
Subordo :Integripalliata
Famili :Unionidae
Genus :Pilsbryoconcha
Spesies :Pilsbryoconcha
exilis
Tubuh kijing atau kerang air tawar
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam dan bagian luar. Bagian luar di
sebut cangkang atau kulit. Sebagian besar organ tubuh kerang air tawar berada di bagian dalam. Organ-organ itu hanya bisa
dilihat apabila cangkangnya dibuka dengan lebar, sedangkan bila dibuka dengan
sempit, hanya beberapa organ saja yang bisa dilihat.
Cangkang atau kulit adalah bagian yang langsung berhubungan dengan perairan. Warnanya coklat kehi-jauan. Bagian ini sangat keras seperti batu. Bila
dilihat dari atas, sebagian besar cangkang kerang air tawar berbentuk oval,
tetapi ada juga yang mendekati bulat. Sedangkan bila dilihat dari samping,
cangkang kerang air tawar berbentuk lonjong di satu bagian, lalu memipih ke
bagian lainnya.
Ada
dua bagian pada cangkang kerang air tawar, yaitu cangkang sebelah kiri dan
cangkang sebelah kanan. Cangkang kiri biasanya lebih pipih dibandingkan dengan
cangkang kanan. Kedua cangkang dihubungkan dengan sebuah engsel, sehingga kedua
bagian cangkan itu membuka dan menutup.
Cangkang
kerang air tawar dihiasi dengan beberapa lingkaran berupa lekukan.
Lingkaran-lingkaran berpusat pada sebuah titik yang dekat engsel. Lingkaran
paling besar nampak dibagian tepi cangkang, lalu mengecil ke titik pusat. Ada
enam sampai delapan lingkaran pada setiap cangkang kerang air tawar.
Lingkaran-lingkaran itu berwarna tak jauh dari warna cangkang, tetapi ada juga
yang berwarna kuning.
4.2.2 Pembahasan
Indentifikasi Bentos
Menurut Odum (2002) manyatakan
benthos adalah organisme melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup di
dasar endapan. Binatang benthos dapat dibagi berdasarkan cara makannya menjadi
pemakan penyaring (seperti kerang) dan pemakan deposit (seperti siput).
Ciri-ciri bentos adalah biasanya
gerak yang lambat, sebagian ada yang bisa nampak langsung oleh mata,
keberadaanya biasa di dasar perairan sama yang disampaikan oleh Barus(2002)
yang menyatakan ciri-ciri benthos : Pergerakan yang sangat terbatas sehingga
memudahkan dalam pengambilan sampel, Ukuran tubuh relatif besar sehingga mudah
diidentifikasi, Hidup di dasar perairan serta relatif dalam sehingga secara
terus-menerus berdebah oleh kondisi air disekitarnya , Pendederan yang
terus-menerus mengakibatkan benthos sangat terpengaruh oleh berbagai perubahan
lingkungan yang mempengaruhi kondisi air tersebut.
Pada umunya bentos terbagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu kelompok zooplankton dan fitoplankton. Fitoplanktan
adalah organisme yang mikroskopik yang berpigmen yang melakukan fotositensi
sendiri dan mendapatkan makananya sendiri, sedangkan zooplankton adalah
organisme yang memamfaatkan fitoplankton sebagai makanannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang disampaikan oleh Handayani(2009) yang menyatkan plankton
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu fitoplankton yang berperan sebagai
produsen primer yang berkemampuan mengkonversi sinar matahari dan senyawa
organik menjadi bahan organik. Dan zooplankton yang memanfaatkan fitoplankton
untuk menjadi makanannya.
4.3 Analisis data
4.3.1 Hasil Analisis
Data
Dimana
dalam analisis data ini didapatkan hasil yang berupa jumlah indeks
keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominasi. Pada saat analisi data
ini kami menggunakan rumus indeks keanekargaman dari Shannon Wainer yaitu
. Dimana jumlah individu
genus ke-i adalah 1 dan jumlah total individu seluruh ganera adalah 5. Maka
didapatkan hasil indeks keanekaragamannya adalah 1,33.
Untuk indeks keseragaman kami
mendapatkan nilai 0,96 dengan
menggunakan hasil dari indeks keanekaragaman dibagi dengan indeks
keanekaragam maksimum.
Indeks dominasi digunakan rumus dari
Simpson yaitu
. Dengan analisis data
tersebut kami mendapatkan hasil dari indeks dominasi adalah 0,28.
4.3.2
Pembahasan Analisi Data
Indeks keanekaragaman adalah 1,33, dimana perairan sungai
Batanghari masih tergolong dalam katagori sedang untuk indeks keanekaragaman
seperti yang disampikan oleh Syamsurisal (2011) menyatkan bahwa kriteria
tingkat kondisi perairan berdasarkan bioindikator makrobentos adalah :<1,0
maka Keanekaragaman biota rendah, keadaan perairan tercemar berat apabila
tingkat kondisi perairan 1-3 keanekaragaman biota sedang, pencemaran ringan,dan jika tingkat
kondisi peraira >3,0 keanekaragaman biota tinggi, keadaan perairan belum
tercemar.
Indeks keseragaman bentos diperairan sungai batang hari
adalah 0,96. Dengan hasil yang telah dianalisikan maka komunitas di perairan
tersebut tergolong didalam komunitas pada kondisi yang stabil . Sesuai dengan
pendapat dari Yazwar(2008) menyatakan bahwa kriteria tingkat keseragaman
spesies berdasarkan indeks keseragaman E’ adalah eba ai berikut: 0 ≤ E < 0,4
: keseragaman rendah, jika 0,4 ≤ E < 0,6 : keseragaman sedang, 0,6 ≤ E ≤ 1,0
: keseragaman tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lingkungan
perairan tawar adalah lingkungan perairan yang terdapat di daratan. Lingkungan
perairan tawar terbagi menjadi 2 yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan
tenang (lentik). Perairan tawar di pengaruhin oleh berbagai faktor yang
menentukan habitan perairan. Antara lain suhu, kekeruhan, arus, oksigen
terlalut, karbondioksida, mineral, dan
ph. Dari hasil penelitian di sungai batang hari dapat disimpulkan bahwah
perairan tersebut tercemar ringan.
5.2
Saran
Setelah
dilakukan Praktikum ini saran saya sebaiknya alat-alat yang digunakan lengkap
agar tiap kelompok tidak menunggu atau meminjam alat kelompok lain dan juga
sebaiknya selama prektikum teman-teman sekalian bisa mengurangi suara dan tidak
berjalan –jalan disekelilimg ruangan demi kelancaran prektikum dan lebih
menghargai asisten dosen yang membimbing.
DAFTAR
PUSTAKA
Barus,T.A2004.
Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Pres. Medan.
Bapedalda. 2001. Sains Biologi Kelas
1 SMP. Jakarta : Bumi Aksara
Effendie,
H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya danLingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Odumm,
E.P. 2003. Fundamental of Ecology. W.B.
Saunder Com. Philadelphia 125 pp.
Ewusie,2002.
Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air.Yogyakarta. Andi Yogyakarta.
Fachrul.
2007. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Fardiaz,
S. 2009. Populasi Air dan Udara. Kanius. Yogyakarta.
Fitriana,
Y. R. 2006. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos di Hutan Raya Ngurah
Rai Bali.
Gembong
Tjitrosoepomo. 2001.Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton
(Kopeoda) dengan Larva Kepiting di Perairan Teluk Siddo Kabupaten Baru Sulawesi
Selatan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Harum
Yahya. 2004. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di
Parapat Danau Toba. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
Mahanal,
S. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai dengan
Indikator Biologi Berbasis Konstruktivistik untuk Memberdayakan Berpikir Kritis
dan Sikap Siswa SMA terhadap Ekosistem Sungai di Malang. Disertai tidak
diterbitkan. Malang: Program Pasca sarjana Universitas Negeri Malang.
Masyamsir.
2001. Biologi Laut satu Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT. Gramedia.
Nontji.2004.
Pertumbuhan Chlorella spp. Dalam Medium Ekstrak Tauge(MET) dalam Variasi pH
awal.
Nyabakken,
JW. 2007. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia.
Prihantini.N
.B. 2005. Dasar-dasar Ekologi. IPB Press.Bogor.
Sutris
dan Emi. 2004. Pengantar Oseanografi. VC. Press. Jakarta.
Tansley.
2004. Air Dalam Kehidupan Lingkungan yang Sehat. Bandung.
Yudhi.
2008. Pertumbuhan Mikroalgae (nitzchia closterium)
Dengan Perlakuan Pupuk. Balai Besar
Riset Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan Perikanan
Jakarta.



Komentar
Posting Komentar